Lombok Barat – Di tengah maraknya pemberitaan kasus pelecehan seksual di pesantren, Mudirul ‘Aam Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School, Muhammad Anshori Muazar Habibi, menyerukan masyarakat untuk lebih cerdas dalam menilai dan tidak menghakimi seluruh lembaga pesantren. Menurutnya, pesantren yang merupakan warisan pendidikan tertua dan benteng moral bangsa, justru perlu diperkuat sebagai solusi pendidikan karakter di tengah maraknya perilaku menyimpang remaja.
Abah Muazar menekankan bahwa fokus masyarakat seharusnya tertuju pada pelaku kejahatan, bukan pada institusi pesantren secara keseluruhan. Ia mencontohkan kasus dugaan pelecehan di Gunungsari, Lombok Barat, sebagai tragedi yang tidak boleh digeneralisasi. “Kita harus mampu membedakan antara kejahatan individu dengan integritas ribuan pesantren lainnya yang dengan tulus mendidik santri,” tegasnya.
Abah Muazar juga menyoroti pentingnya peran aktif Kementerian Agama dalam pembinaan dan pengawasan pesantren, serta perlunya sinergi antara pesantren, pemerintah, dan masyarakat untuk mencegah kasus serupa. Ia mengingatkan bahwa membangun pesantren membutuhkan waktu dan pengorbanan, sehingga opini publik yang gegabah dapat merusak kepercayaan dan semangat para pendidik serta santri.
Lebih lanjut, Abah Muazar membandingkan tantangan di sekolah umum dengan potensi pesantren dalam memberikan pendidikan holistik yang fokus pada akhlak, ibadah, dan kedisiplinan. Ia mengajak semua pihak untuk memperkuat pesantren yang baik, bukan meninggalkannya, sebagai harapan terakhir dalam membentuk generasi berkarakter. “Hentikan narasi keliru yang menyudutkan pesantren. Mari jaga marwah lembaga pendidikan Islam ini,” pungkasnya.